Merenungi Nasionalisme dikalangan Millenial

Merenungi Nasionalisme dikalangan Millenial

INFO RIMBA - Berbicara nasionalisme, sesungguh kita membicarakan tentang sebuah rasa jiwa, sebuah nilai kebangsaan yang melekat dalam kehidupan sosial, sebuah rasa yang menyatukan keberagaman bangsa. Jadi bukan semata2 persoalan politik dan kedaulatan atau batas2 teritorial.

Nasionalisme dikalangan Generasi milenial akhir2 ini semakin memudar, disebabkan 

pertama; ikatan kebangsaan semakin menipis. Penyebabnya terjadinya pembelahan idiologi politik di kalangan elit politik, mereka melakukan akrobat politik, perkelahian politik, saling bully, saling merendahkan dan melemahkan, produksi isu2 hoax dan fitnah kebangsaan, kesukuan dan agama diruang publik media sosial dan media mainstream, dan tidak jarang menggunakan generasi millenial sebagai operator buzzernya memproduksi kekerasan verbal, pembunuhan karakter ketokohan dengan menyebar borok dan fitnah massal. Dan bahkan pembelahan idiologi itupun dengan tanpa kesadaran, tanpa merasa berdosa pada ibu pertiwi disusupkan pada jiwa generasi bangsa, para millenial ini. 

Kedua; idiologi pancasila sbg collective consciousness kehilangan kekuatan  perekat keragaman, apalagi ketika euforia reformasi lagi hangat2nya, para cendekiawan bangsa seolah lepas kendali dengan semangat pembobotan demokrasi, sehingga menjadikan demokrasi kita kebablasan karena kehilangan pijakan idiologisnya. 

Saat ini pancasila hanya sebagai simbol yg dipahami sbg dasar negara yg menjadi prasyarat berdirinya sebuah nation state.

Ketiga; cita2 terwujudnya negara kebangsaan yg adil dan makmur berdasarkan pancasila kehilangan arah dan orientasi kebangsaannya. Diredupkan oleh berkembangnya politik aliran dan destruksi demokrasi yang tidak menjadikan rakyat sebagai pemilik kedaulatan, tetapi oligharky kekuasaan mencengkeram erat nadi bangsa yg menggeser paksa makna kedaulatan dalam iklim demokrasi dengan menjadikan kapitalisme sebagai idiologi alternatif.

Berdasarkan deskripsi persoalan kebangsaan ditengah nadi millenial bangsa, maka sejatinya yang mempengaruhi persoalan ini adalah bajirnya informasi dikalangan generasi milenial sbg efek teknologi komputerisasi dan digitalisasi berkembang begitu cepat dengan berbagai aplikasi yang memudahkan mereka mengunggah, mengakses dan menikmati tontonan, game online tanpa perlu diarahkan dan didesain sesuai karakter bangsa. Sehingga jiwa kebangsaannya menjadi kering, gersang dan liar tanpa arah.

Sebenarnya dgn banjirnya informasi digital, mereka lebih mudah mengakses pengetahuan kebangsaan, termasuk idiologi pancasila, dan memang ada juga yang begitu tapi hanya sebatas tahu saja, tanpa pendalaman apalagi penghayatan, bahkan lebih parah lagi hanya dijadikana meme untuk lucu2an, ejek2an, dan olok2kan, sehingga informasi itu justru melahirnya realitas post truth. Realitas bullshit

Nasionalisme nyaris tersimpan rapi secara simbolis pada upacara2 kebangsaan, pengibaran bendera, carnaval, menyanyikan lagu kebangsaan indonesia raya.

Sehingga menurut saya, kedepan nasionalisme dikalangan para milenial perlu ditemu kenali, dibentuk dan direkabangun dengan pendekatan kekinian. Dan semua ini bermuara pada desain pendidikan persekolahan sebagai pilar utama membentuk karakter generasi dan alat utama rekayasa peradaban bangsa.

Author : Dr. Arianto Kadir, M.Si